Liputan6.com, London - Baru-baru ini seorang warga Inggris dkejutkan oleh tampilan baru paspornya. Susan Hindle Barone memperlihatkan buku kecil berwarna burgundy yang ia terima pada Jumat, 5 April 2019 karena dokumen lamanya telah kedaluwarsa. Paspor itu ternyata diterbitkan pada 30 Maret, sehari setelah Inggris seharusnya meninggalkan Uni Eropa.
Mengutip BBC News pada Sabtu (6/4/2019), tampak paspor tidak memuat label "Uni Eropa". Barone mengatakan, ia yakin bahwa desain dokumen utama perjalanan luar negeri itu tidak boleh berubah selama Inggris masih menjadi anggota Uni Eropa.
"Mereka telah membuat perubahan ketika kita belum keluar (dari Uni Eropa)," kata Barone. Ia juga bertanya-tanya keuntungan apa yang didapatkan dengan pergi dari organisasi supranasional itu.
"Tentu saja justru banyak kerugian yang kita dapatkan," lanjutnya.
Keputusan menghapus label "Uni Eropa" secara tidak langsung telah membuktikan keunggulan pendukung Brexit.
Tidak hanya tulisan "Uni Eropa" yang hilang, pada akhir tahun ini Inggris bahkan berencana mengeluarkan parpor Brexmas berwarna biru tua. Sebuah desain yang menyerupai desain pra-Uni Eropa, senada dengan pernyataan pemimpin UKIP Nigel Farage pada 2017 lalu.
Sebetulnya, keputusan untuk mengubah warna paspor dari biru tua menjadi burgundy saat memasuki Uni Eropa adalah keputusan Inggris. Dominic Casciani, koresponden BBC mengatakan langkah itu diambil Negeri Ratu Elizabeth pada 1980-an saar negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (EEC) berusaha menyelaraskan desain agar pelancong dari anggotanya lebih dimudahkan di perbatasan.
"jadi ini bukan keputusan yang dipaksakan oleh pejabat Uni Eropa di Brussel. Inggris bsa mengabaikannya," kata Casciani menyimpulkan.
Sebagaimana diketahui, Kroasia bahkan mempertahankan paspor birunya setelah bergabung Uni Eropa pada 2013 lalu.
Simak pula video pilihan berikut:
No comments:
Post a Comment