Pages

Saturday, April 6, 2019

Cerita Akhir Pekan: Kain Endek Bali, dari Simbol Bangsawan hingga Penolak Bala

Produksi pertama kain endek Bali tercatat di akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20 di daerah Buleleng. Awalnya kain dengan dominasi pola geometris dan bunga ini hanya dipakai di acara tertentu sebagai sarung, kemben, maupun selendang.

Merah yang merupakan hasil perpaduan deep purple dan brick red adalah warna dominan di masa-masa awal produksi kain endek, Baru pada tahun-tahun berikutnya, muncul penggunaan warna hijau dan oranye.

Seiring waktu, kain endek dipakai sebagai salah sau atribut beribadatan. Hal ini membuatnya mulai diproduksi makin besar. Inovasi, termasuk penambahan motif, pun mulai terjadi di produksi kain endek.

Selaras dengan fungsi sebagai pendukung upacara adat maupun keagamaan, motif endek berkembang jadi rupa dewa-dewa dan tokoh pewayangan Bali. Hingga pada tahun 1928, perubhahan teknik pembuatan paling esensial kain endek terjadi.

Kala itu, masuk Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang membuat pembuatan kain endek jadi lebih mudah, walau tetap memanfaatkan tenaga manusia sebagai penggerak utama. Bahan awal percobaan teknologi ini berupa pembuatan kain bermaterial sabut kelapa.

Hingga lambat-laun, kain endek mulai diproduki secara lebih besar dan sekarang telah jadi salah satu wajah kain tradisional khas Bali. Keberadaannya kian umum, bahkan sering kali jadi buah tangan turis.

Aplikasi akinnya juga sudah ke berbagai macam bentuk barang, termasuk sandal, dompet, clutch, bahkan tas. Motif-motif baru kain endek Bali pure merupakan kreativitas pengrajin lokal yang masih memproduksi kain ini dengan tangan.

Let's block ads! (Why?)

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3935473/cerita-akhir-pekan-kain-endek-bali-dari-simbol-bangsawan-hingga-penolak-bala

No comments:

Post a Comment